Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas mengenai anggran air didunia, dimana aliran-aliran ini sudah menjadi siklus tahunan didunia yakni dengan terjadinya peralihan musim hujan ke panas, dan sebaliknya dari musim panas ke musim penghujan (Untuk musim yang ada di Indonesia). Artikel ini adalah masih ada hubungannya dengan artikel sebelumnya yakni Hubungan Udara Darat dan Laut Part I dan Part II . Jadi alangkah lebih baik jika mulai membacanya adalah berawal dari tulisan tersebut.
Interaksi antara atmosfer dan lautan mencakup pula masalah pertukaran uap air antara ke duanya. Secara garis besar dapat dinyatakan bahwa lautan melakukan penguapan membentuk awan. Awan ini seterusnya menjadi hujan yang sebagian turun dilautan dan bagian lainnya turun di daratan.Yang terakhir ini membentuk pula mata air dan sungai-sungai yang kemudian semuanya pergi kelaut. Sebagian air diserab oleh mahluk hidup atau biosfer, yang kemudian kembali ke daratan atau ke atmosfer lewat proses fisiologi, termasuk pernapasan dan pencernaan. Jadi dalam hal ini terdapat suatu peredaran air yang tidak putus-putusnya (Gambar 2.9).
Secara umum besarnya penguapan (E) dan curah hujan (P) yang saling dipertukarkan antara Lautan - Atmosfer - Daratan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tata air di dunia (Gani.I.A, 1999):
|
|
Jumlah per tahun dalam satuan
1.000 km3
|
Jumlah per tahun rata-rata
dalam cm
|
Lautan
361 x 106 km2
|
Penguapan (E)
Curah Hujan (P)
Beda E - P
|
351
324
27
|
97,3
89,8
7,5
|
Daratan
149 x 106 km2
|
Penguapan (E)
Curah Hujan (P)
Beda E – P
|
74
101
27
|
49,7
67,8
18,1
|
Dari tabel ini nampak bahwa jumlah penguapan lautan yang turun di daratan adalah 27.000 km3/tahun yang nantinya akan kembali ke laut sebagai aliran-aliran sungai. Selanjutnya terlihat pula bahwa jumlah tadi hanya merupakan 8% dari seluruh penguapan lautan. Sejumlah 324.000 km3 atau 92% kembali langsung ke laut sebagai curah hujan.
Sebaliknya di daratan dari curah hujan sebanyak 101.000 km3, hanya 25% (27 km3) yang mengalir ke laut sedangkan sebagian besar 75% (74 km3) langsung menguap kembali ke atmosfer. Masalah penguapan dan curah hujan sangat erat bertalian dengan sifat dan peredaran dari atmosfer. Udara yang kering sifatnya mudah menyerab air dan karena itu memperlancar penguapan. Apabila udara sifatnya lebih dingin dari air maka bagian udara yang bersinggungan dengan air akan menjadi lebih panas suhunya dan karena itu menjadi ringan serta naik ke atas. Bersama ini terbawa pula sejumlah uap air kelapisan-lapisan atas. Udara dingin di lapisan itu akan turun, menjadi panas dan naik lagi, sehingga terbentuklah konveksi vertikal yang memperlancar penguapan.
Sebaliknya bila udara lebih panas dari air, maka udara yang bersinggungan dengan air menjadi lebih dingin dan karena itu menjadi lebih berat sehingga terciptalah keadaan stabil. Dimana tidak ada aliran konveksi, karena itu pula tidak ada pemindahan uap kelapisan-lapisan atas.
Peredaran udara berupa angin juga memperlancar penguapan, karena angin mencampur-baurkan berbagai lapisan udara sehingga dapat menerima lebih banyak uap air. Udara yang jenuh dengan uap air akan membentuk awan dan hujan bila mengalami pendinginan.
Karena faktor meteorologi ini maka keadaan penguapan dan hujan tidaklah sama dimasing-masing tempat di laut. Angka rata-rata untuk keseluruhan samudera adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Jumlah rata-rata dari penguapan (E), curah hujan (P), perbedaan E - P , dan salinitas di lautan dunia (Gani.I.A, 1999)
Lintang
|
Penguapan (E) cm/tahun
|
Curah hujan (P) cm/tahun
|
E – P
cm/tahun
|
Salinitas
0/00
|
400 U
35
30
25
20
15
10
5
0
50 S
10
15
20
25
30
35
40
45
50
|
94
106
120
129
133
130
129
110
119
124
130
134
134
124
111
99
81
64
43
|
93
79
65
55
65
82
127
177
102
91
96
85
70
62
64
64
84
85
84
|
1
27
55
74
68
48
2
67
17
33
34
49
64
62
47
35
-3
-21
-41
|
34,54
35,05
35,56
35,79
35,44
35,09
34,72
34,54
35,08
35,20
35,34
35,54
35,69
35,69
35,62
35,32
34,79
34,14
33,99
|
Dari tabel ini nampak bahwa penguapan mempunyai nilai besar untuk daerah-daerah subtropik (antara lintang 100 - 300 U/S). Di daerah khatulistiwa dan di kutub-kutub untuk penguapan secara nisbi lebih rendah, dan sebaliknya curah hujanlah yang lebih tinggi.
Pada tabel tersebut ditunjukan pula harga rata-rata salinitas paras keseluruhan lautan, dikarenakan penyebaran salinitas paras terutama dipengaruhi oleh masalah tata air ini, khususnya oleh perbedaan antara penguapan (E) dan Curah hujan (P), yang pada azasnya dapat dikatakan sebagai berikut :
Bila E - P positif, terjadi peninggian salinitas
Bila E - P negatif, terjadi penurunan salinitas.
Hal lain yang juga mempengaruhi salinitas paras adalah masalah pembentukan dan pencairan es di daerah kutub, sedangkan di daerah tropik selain dipengaruhi oleh E - P juga sungai-sungai sangat mempengaruhi penyebaran salinitas.